Jumat, 26 Februari 2010

Annisa Kecil

Annisa, adik kecil yang menanti ibunya
Menangis terisak, diseberang jalan
Sesekali matanya melirik,
berharap datang,
menghampiri,
membelai,
dan meredakan tangisnya

Sebungkus kertas kumal ia kepal
Berisikan nyanyian malam yang ia tulis
Tetap dengan isak
Tetap dengan sedih

Inilah nyanyiannya :


Sebatang kara ku tertidur
Ditumpukan sampah
Dirumbun tanah-tanah basah
Direruntuhan puing-puing rumah lusuh

Sebatang kara ku mencari makan
Dideretan trotoar jalan
Disepanjang jalan lampu merah
Diperjalanan bis-bis tua

Sebatang kara ku mengukir mimpi
Diatas kertas-kertas berserakan
Dibalik buku-buku tua
Disudut koran-koran bekas

Sebatang kara ku merengkuh gundah
Dikediaman rumah-rumah Tuhan
Dijeruji besi belenggu hati
Dipinggir genangan air mata
Didalam surga, diantara neraka

Mamah, aku rindu
Papah, aku rindu


Aku terisak menangis saat ia bercerita lebar
Mengurai kisah
Seperti sebuah dongeng
Tapi bukan dongeng,
nyata !

Ia telah sebatang kara
Tanpa ayah, tanpa ibu

Seorang gadis kecil
Mengais rizki
mengumpulkan sampah
mengamen
menyemir
berjualan koran

Namun, Ia tak kalah
Dengan semangat menggebu
Dibunuhnya waktu, ditebasnya hujatan,
Dimakamkannya rasa malu, dibenamkannya ketakutan

Annisa kecil tetap ada,
walau masih tetap sebatang kara


Karawang, 25-02-2010
Ikmal Maulana

Another Posts:

0 komentar:

Posting Komentar