Rabu, 09 September 2009

Sepucuk Surat Untuk Sahabat - 4 - " Meraih Cinta dari sang penguasa Cinta"

Hati pedih inilah yang membaringkan berahi telanjang pencinta
Tiada Sakit menghamburkan luka seperti itu
Cinta adalah rasa pilu disebabkan berpisah dari kekasih
Cinta adalah tanda dan bola kaca rahasia Ketuhanan
Tidak peduli apakah berasal dari langit atau pun bumi
Cinta pada akhirnya akan membimbing kita ke hadirat-Nya

Pikiran bagaikan keledai di lumpur, senantiasa gagal
Menerangkan apakah yang disebut cinta
Cinta sendirilah yang dapat menerangkan apa itu cinta
Bukankah seperti matahari, hanya matahari itu sendiri
Dapat menjelaskan apa itu Matahari
Ketahuilah, wahai kau yang ingin mengetahui
Segenap bukti yang kaucari sudah ada di Sana.

( Jalaludin Rumi )

*******
Kutipan artikel ini pernah saya posting di facebook Muhammadiyah Karawang sebagai interpretasi dari dialog senja ramadhan yang sebelumnya saya dan temen-temen selenggarakan. Saya tertarik untuk mengungkapnya lebih mendalam karena beberapa hari sebelumnya saya menerima sebuah message dari seorang teman :

“ kang bagaimana kita mencintai seseorang tidak melebihi rasa cinta kita ke Allah?” - NP -

Sebelumnya saya berterima kasih karena kau mau berbagi dengan pertanyaan itu. Tapi sejujurnya, saya sulit menjawab sesederhana kalimat pertanyaannya. Mudah-mudahan kita bisa berdikusi lebih lanjut, berdialog bebas sesuai interpretasi kita, sesuai rujukan yang digunakan. Izinkan saya berbagi, menjawab dengan kadar kemampuan yang saya punyai – tentu dengan segala keterbatasan, kelemahan, dan ketidaksempuranaan sebuah jawaban.

*****

Cinta itu sumber energi - Cinta bisa mengubah ketidakmungkinan menjadi mungkin, ketidakpastian menjadi pasti, ketakutan menjadi berani, kelemahan menjadi kekuatan. Cinta ibarat ketergantungan mesin motor pada bensin, tanpanya motor tak mungkin bisa melaju. Cinta juga ibarat api ungun diantara kegelapan malam, tanpanya malam semakin gelap, pekat, dan pengap. Cinta pun lir ibarat air disaat kita dahaga, nasi disaat kita lapar, payung disaat kita terpanggang terik. Cinta adalah sumber energi – Pelaku cinta menjadi pribadi yang lebih tangguh, lebih hebat, lebih kuat atas suplay-suplay energi cinta !
Kita sanggup berjalan ribuan mil, kita mampu meloncat diatas ketinggian tebing yang sulit dicapai, kita mampu menyebrangi lautan, semuanya atas energi cinta yang mengalir melalui sel-sel darah yang membentuk jaringan-jaringan kekuatan dalam diri. Lebih kuat dari derasnya air, lebih menggema dari suara halilintar, lebih keras dari baja. Cinta adalah sumber energi !

Lihatlah bagaimana saat kau termotivasi untuk selangkah lebih maju atas orang yang kau cintai – seorang anak menjadi rajin belajar saat kekasihnya memerintahkan untuk meraih ranking 1 pada sebuah ujian – dengan apapun kita akan berani mengubahnya menjadi nyata. Mimpi bagi seorang pecinta ibarat stimulant yang akan merangsang otaknya untuk selalu berfikir positif – bahwa aku pasti bisa menempuhnya - , membuat raganya menjadi lebih tangguh – seberat apapun beban yang dipikul, sejauh apapun jalan yang ditempuh, setinggi apapun titik yang harus diraih, seorang pecinta telah menyiapkan raganya setangguh mungkin.

Cinta menuntut pengorbanan - Tak ada cinta tanpa pengorbanan ! ah, mungkin kau hanya ingin menakuti ku saja ! – Buktinya kita akan merelakan kulit terkelupas saat harus menaiki bukit yang curam ketika kekasih meminta bunga diatas bukit itu. Kita akan merelakan berapapun besarnya uang yang dikeluarkan untuk kesembuhan kekasih saat dia sakit. Dan kita akan merelakan menunggu berjam-jam saat harus menunggu bus disebuah terminal menuju kediaman kekasih. Seorang suami bersusah payah saat harus memenuhi istrinya yang meminta sesuatu tidak masuk akal karena mengidam, tapi lihatlah dia lakukan dengan sepenuh hati, menjadikan malam tak lagi menakutkan, menjadikan hujan tak lagi dingin, dan menjadikan terik matahari tak lagi panas – semuanya atas dasar cinta, karena cinta menuntut seorang pecinta berani mengorbankan apapun untuk sebuah senyum kekasihnya.

*******
“Wahai anaku, semalam aku bermimpi bahwa aku diperintahkan oleh Allah untuk menyembelihmu, bagaimana menurut pendapatmu tentang mimpiku itu? “ Tanya Ibrahim pada anaknya Ismail

“Ayah, jika memang itu perintah Allah, lakukanlah, Insya Allah kau akan menjumpaiku termasuk kedalam orang-orang yang sabar”


Dialog sederhana itu dilakoni oleh seorang Nabi yang mencintai kekasihnya Allah – atas kecintaanya itu ia merelakan melakukan apapun untuk memenuhi keinginan sang kekasih, kendati permintaan itu harus memupuskan kecintaanya pada yang lain. Cinta yang dilakoni Nabi Ibrahim ini sarat dengan nilai pengorbanan untuk membuktikan kecintaanya hanya pada kekasih yang sesunggunya, sang pemilik cinta, Dialah Allah SWT.

"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab:"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (QS. 37:102)

Bahwasanya mimpi seorang nabi merupakan wahyu, sehingga Nabi Ibrahim AS pun melakukan wahyu yang memerintahkan penyembelihan itu. "Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya)". (QS. 37:103)

Nabi Ibrahim AS telah melaksanakan perintah dalam mimpi itu tanpa keraguan, maka Allah SWT pun berfirman :"Dan Kami panggillah dia:"Hai Ibrahim", (QS. 37:104).

"...sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik". (QS. 37:105) Allah menerangkan itu semua, dan menyatakan : "Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata". (QS. 37:106). Lalu, Allah SWT mengganti penyembelihan Ismail AS itu dengan firman-Nya, "Dan Kami tebus anak itu dengan dengan seekor sembelihan yang besar". (QS. 37:107).

******

Dengan Cinta semuanya jadi Indah – Saat menunggu semenit terasa 60 detik, sejam terasa 60 menit ( emang bener ) – Kebanyakan penilaian bahwa dia cerewet, tapi kau mengira itu lantunan lirik yang indah. Ketika penilaian bahwa dia gemuk, lantas kau membantahnya, kau bilang dia tidak gemuk, justru dia sehat ! Saat kebanyakan orang menilai dia pelit, kau pun membantahnya, kau bilang dia hanya sedang belajar irit – ambooooi.. semuanya jadi indah, karena cinta !

Rasulullah melakoni kecintaanya pada Allah saat dia merasa indah dengan sholat malamnya hingga kakinya bengkak, dia tidur diatas pelepah kurma dibilik-bilik sempit, tapi lihatlah atas kecintaannya dia mengatakan “Baiti Jannati” – Rumahku Surgaku – sebuah ungkapan yang sulit kita ucapkan. Dia merasa cukup dengan keterbatasannya saat malaikat menawarkan untuk mendo’akan beliau agar Allah menurunkan kecukupan materi. Cinta melahirkan rasa indah ! – Tak ada alasan atas cinta yang dimiliki sang pecinta. Saat kau meminta sebuah pengakuan, maka yang keluar adalah butir-butir permata yang terlantun seindah kata terucap, mata melihat, telinga mendengar. Tak ada keindahan selain keindahan cinta sang pemilik cinta.

"Mencintai sang kekasih, berarti mencintai apa yang dicintai oleh sang kekasih"

******

Dengan alunan pilu seruling bambu
Sayu sendu lagunya menusuk kalbu
Sejak ia bercerai dari batang pokok rimbun
Sesaklah hatinya dipenuhi cinta dan kepiluan
Walau dekat tempatnya laguku ini
Tak seorang tahu serta mau mendengar
O kurindu kawan yang mengerti perumpamaan ini
Dan mencampur rohnya dengan rohku
Api cintalah yang membakar diriku
Anggur cintalah yang memberiku cita mengawan
Inginkah kau tahu bagaimana pencinta luka?
Dengar, dengar alunan lagu seruling bambu

*****
Berpisah dari Layla, Majnun jatuh sakit. Badan semakin lemah, sementara suhu badan semakin tinggi. Para tabib menyarankan bedah, “Sebagian darah dia harus dikeluarkan, sehingga suhu badan menurun.”Majnun menolak, “Jangan, jangan melakukan bedah terhadap saya.”Para tabib pun bingung, “Kamu takut? padahal selama ini kamu masuk-keluar hutan seorang diri, tidak takut menjadi mangsa macan, tuyul atau binatang buas lainnya. Lalu kenapa takut dengan pisau bedah?”.

“Tidak, bukan pisau bedah itu yang kutakuti,” jawab Majnun.
“Lalu, apa yang kau takuti?”
“Jangan-jangan pisau bedah itu menyakiti Layla.”
“Menyakiti Layla? Mana bisa? Yangn dibedah badanmu.”
“Justru itu. Layla berada di dalam setiap bagian tubuhku.

Mereka yang berjiwa cerah tak akan melihat perbedaan antara aku dan Layla.”


******

Atas pertanyaan yang kau sampaikan itu, saya melihat sebuah konsepsi cinta pada ‘hakikat cinta yang sesungguhnya’ – Bukan cinta yang terkontamintasi oleh kepentingan nafsu, keinginan, dan kebohongan. Cinta yang hadir karena sang maha pemberi cinta, melahirkannya, merawatnya, dan menunjukan kekuatan cinta pada kadar yang semestinya ! - itulah yang kita sebut mahabatullah ! Kecintaan pada kekuatan cintanya Allah, kecintaan pada kemahasempuranaan Allah, kecintaan pada kedahsyatan asma Allah.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah pernah menggambarkan sebuah pengibaratan konsep mahabatullah. Beliau mengatakan bahwa cinta kepada Allah itu ibarat pohon dalam hati, akarnya adalah merendahkan diri di hadapan Dzat yang dicintainya, batangnya adalah mengenal nama dan sifat Allah, rantingnya adalah rasa takut kepada Nya, daunnya adalah rasa malu terhadap-Nya, buah yang dihasilkan adalah taat kepadaNya Dan penyiramnya adalah dzikir kepadaNya. Kapanpun jika amalan-amalan tersebut berkurang maka berkurang pulalah mahabbahnya kepada Allah”.

Untuk bisa mencintai Allah melebihi mencintai makhluk, bukan hal yang mudah. Kita sering terjebak pada fragmanetasi hidup yang menuntut adanya pengakuan akan eksistensi kemanusiawian. Mencintai Allah adalah puncak dari segala kecintaan ! Kita akan menafikan apapun yang pernah menjadi bait-bait cinta. Kita akan melupakan kepedihan yang telah terlalui atas perjuangan meraih cinta-Nya. Karena kita tahu, cinta tak pernah lelah memberi dan melindungi.

Kau akan mecintai Allah melebihi apa yang kau cintai jika peleburan atas kebencian, kesombongan, keangkuhan pada diri didasarkan atas kehadiran Allah ! – Kau ikuti apapun yang Dia inginkan atasmu, karena tak ada hak apapun yang kita punyai selain ‘hak meninjam’ ! – Berilah sekulum senyum pada majikanmu, yang telah berbaik hati meminjamkan baju. Dan berilah sebaik penghambaan atas Tuhanmu, yang Dia telah berbaik hati memberi bukan hanya baju, melainkan semua yang kau butuhkan !

Atas pertanyaanmu itu, saya hanya bisa mengatakan ! – Disetiap yang kau lihat, disetiap yang kau dengar, disetiap yang kau rasakan, Dia selalau hadir menemani kesepianmu ! Mengisinya dengan ayat-ayat kebesaran yang membawamu jauh dalam kesendirian, memberimu cahaya yang tak bisa kau jamah – Denganya kau memeluk-Nya ! Dengannya kau mencium-Nya ! Dengannya kau meluapkan semua penyelasan dan kebencian ! – Dialah Allah !

Jawaban ini seperti yang saya ungkap diawal tulisan, pasti tak membuatmu puas, karenanya yu kita dialog, lebih bebas, sesuai interpretasi kita ! - Pembaca pun bisa menambahkan -

Selamat meraih cinta dari sang maha penguasa cinta !

******

Karawang, 8 September 2009
Ikmal Maulana


Another Posts:

0 komentar:

Posting Komentar