Sabtu, 05 Desember 2009

Gempa, sebatas sapaan kecil Tuhan

Diantara reruntuhan puing-puing dinding
Tersembul tangan meronta tanpa kata
Tangis dan jerit tumpah luluh lantah
Menghabiskan waktu berjam-jam lamanya terhimpit

Menoleh ku membisikan kata
Namun tangan itu tetap diam tegolek tak berdaya
Suara parau terdengar samar diluar sana
Menghanyutkanku di dalam semak

Gempa
Berulang terjadi tanpa isyarat
Menenggelamkan bayi-bayi lahir tertimbun
Membisukan lidah bernyanyi riang
Membutakan mata memandang nanar
Membunuh mimpi anak-anak bersekolah

Berfikirpun tidak, ketakutan itu menyelimuti diri
Tangisan menjadi hiburan lara tanpa kata
Rumah mewah hangus seketika
Perhiasan terkubur musnah bersama puing-puing
Getaran hebat mengguncang membelah hidup berkeping-keping

Minggu kemarin
Aku masih menyaksikan di ruang tengah
Dengan sekotak dunia maya
Membaca lembaran nama tanpa nyawa
Meregang dalam sepekan

Hari ini
Lebih dari sekedar menyaksikan
Aku hadir mengisi peran
Sebagai korban amukan alam

Tuhan sedang menyapa
Lewat musibah, lewat duka, lewat tangis
Silih berganti sebatas sapaan cinta
Membalikan hati yang lengah
Membersihkan jiwa yang keruh
Hingga lupa atas hidup dan penghambaan
Sirna bersama keangkuhan

Tuhan sedang menyapa
Dibalik guncangan gempa menggetarkan
Dia ajarkan kita tentang kekuatan
Bahwa kita hanya memulai dengan rencana
Berkehendak sebatas mimpi
Lemah, tak berdaya,
Namun mengendap kecongkakan

Lewat sebuah miniatur kemarahan alam
Dia ajak manusia kembali pada-Nya
hingga terkuak kepasrahan

Tak ada yang terjadi
Tanpa kehendak-Nya
Tak ada kehendak yang terjadi
Kecuali Dia sisipkan kebaikan dibalik peristiwa

Karawang, 02 Okt 2009
Ikmal Maulana


Another Posts:

0 komentar:

Posting Komentar