Aku berdendang menyanyikan lagu malam
Bau anyir membungkus tumpah ruah daging ayam
Separuh pedagang tertidur lelap
Separuhnya lagi duduk-duduk diwarung kopi
Sekedar bersenda gurau melepas kelakar dan tawa
Gitar tua ini
Kupetik sepenuh hati
Menyelimuti jiwa yang usang dan tandus termakan beban
Angin malam yang ganas menyayat sendi-sendi tulang
Membekukan darah mengalir pada urat-urat nadi
Aku diam terpaku sepi dalam hiruk pikuk
Menatap langit menghitam meluluhlantahkan singgsana awan
Aku terbuai dalam hampa dan dusta
Menikam tajam kelopak hati membunuh raga tak bernyawa
Sesekali kulirik sederet orang berdatangan
Satu dua berlalu silih berganti
Menawar, membeli
Wajahnya ketus, mukanya kusut
Tersenyum pun sebatas isyarat untuk menjilat
Inilah malam-malam dipasar
Sampah berceceraan
Tangan-tangan kasar berhamburan
Barang dagangan tumpah ruah tak beraturan
Menyaksikan sebaris raga penuai rizki Tuhan
Mata terbuka pada detik barisan lain tekelungkup
Aku bagian episode ini
Tejebak dalam kerangkeng idealisme
Menarik jemari mengulur lidah
Mendorong angin meniup air
Malam-malam dipasar malam
aku disini hingga fajar membuka tirai
Karawang, 23 Okt 2009
Ikmal Maulana
0 komentar:
Posting Komentar