Sabtu, 05 Desember 2009

Petualangan Iblis

Inilah jalan Tuhan yang ku terima. Setelah pengucilan dan pengusiran dari surga, aku menjadi makhluk yang dibenci semua makhluk Tuhan. Salah satu didalamnya adalah manusia, sekutu ku yang menjadi awal penyebab kehinaan berkepanjangan ini. Mereka adalah makhluk terkutuk yang mengasingkanku dari singgasana surga. Apa dasar Tuhan menyuruhku bersujud pada mereka - sebagai simbol penghormatan. Kehormatan apa yang disandingkan pada makhluk bernama manusia? Aku berfikir Tuhan telah salah alamat, menempatkan manusia pada fungsi khalifah yang berhak menjadikan kavling-kavling bumi sebagai lahan subur untuk memenuhi hasrat hidup mereka. Dan bahkan aku mengira bahwa Tuhan telah menodai ke Tuhananya dengan mengusirku dari surga karena sebuah pembelaan hak dan eksistensi – bukan kesombongan sebagaimana yang Dia ungkap dalam kitab-kitab suci.

Inilah jalan Tuhan yang ku terima. Setelah pengutukan dan pengusiran dari surga, aku bersumpah akan membuktikan bahwa Tuhan telah salah dalam menilai. Beberapa saat saja ketika Adam ditempatkan disurga, lantas aku datang sekedar ingin mengetahui kepantasan sebuah komitmen kehambaan pada Tuhan. Lihatlah, dia jatuh terkulai dalam hitungan menit. Ahai, iblis selalu menang dan manusia selalu kalah ! – Ini bukti bahwa aku makhluk yang sepantasnya menempati porsi khalifah, bukan manusia. Lantas, atas kekalahan itu, manusia pun terusir sepertiku dari surga, jatuh ke bumi – lebih tepatnya, mutasi dini dengan tidak hormat.

Inilah jalan Tuhan yang kuterima. Tuhan menangguhkan kematianku hingga hari kiamat, bisa dibayangkan jumlah keturunanku dibumi ini tidak terputus, terus bertambah, terus melebarkan sayap, dan terus mempertajam strategi penelantaran manusia. Karena sebuah dosa – Tuhan kelak akan menggiringku beserta seluruh keturunanku ke neraka, menjadi penghuni kekal didalamnya. Sungguh aku tidak pernah rela atas penghinaan ini, dalam tekadku yang kutanamkan menjadi sebuah doktrin mengakar pada anak cucuku, manusia harus bertanggung jawab atas semua kutukan ini.

Teruntuk :
Penghuni bumi bernama manusia,
Saksikan langit menghitam
Saksikan awan menggumpal penuh dendam
Saksikan gemuruh ombak mengamuk
Saksikan petir menyambar-nyambar
Itulah kebencian dan dendam yang ku simpan


Misi utama yang selalu kubawa hingga hari kiamat tiba adalah membuat manusia menjadi lupa akan eksistensi Tuhannya. Dalam kapasitas sebagai makhluk yang berakal dan sempurna secara fisik, sebenarnya tidak sulit bagiku untuk memperdaya manusia. Aku bahkan bisa melihat, mendengar, merasakan apa yang mereka interaksikan dalam wujudnya secara jasmaniah dan lubuk hati terdalam. Ahai, jangan dikira kami kaum iblis adalah kaum bodoh sebagaimana yang kalian kira wahai umat manusia. Aku bisa mengaji lebih fasih dari lafal yang kau ucapkan, aku bisa berpidato seperti seorang da’I kondang lebih memukai dari laga yang kau lakoni di mimbar, dan aku mampu berbuat baik – atau pura-pura berbuat baik – hingga kau mengira bahwa aku bukan bagian dari kegelapan.

Bisikanku sangat pedas, kau akan mengira kau telah menebar kebaikan padahal semuanya sirna karena aku selalu memupuskan ketulusan. Godaanku sangat halus, kau akan mengira sholat mu berarti sebagai bukti dan penyelamatan di yaumul hisab nanti, padahal aku sudah meluluh lantahkan fondasi agamamu jauh sebelum kau terbiasa melakukan ritual ibadah yang kau sendiri sejujurnya merasa jemu.

Percayalah aku selalu menang, dan kau selalu kalah !
Aku menyelimuti malam-malam dinginmu hingga kau jauh terlelap, malas terbangun dan menjadikan subuh menjadi duha – bahkan sama sekali kau tinggalkan. Aku membantumu beristirahat disiang hari dengan terik panas membanjiri keringatmu, tak usah ke masjid untuk sebuah ritual. Dan begitu selanjutnya, dihari-hari yang mengitari aktifitasmu aku membuatmu memandang kewajiban sebagai keharusan yang bisa diperjual belikan. Dan aku menggelapkanmu hingga dosa kau pandang sebagai nista yang mudah kau hapus dengan taubat.

Percayalah aku selalu menang, dank au selalu kalah !
Inilah janjiku ! Ikutlah bersamaku ke lembah neraka yang “menyejukan”
Inilah petualanganku yang usang, dan selalu usang !


Salam takzim padamu,
Iblis, dkk.


Karawang, 21 Okt 2009
Ikmal Maulana


Another Posts:

0 komentar:

Posting Komentar