Apakah kau sudah cantik
memoles wajah dengan bedak,
menghias bibir dengan lipstick,
membalut badan dengan busana seksi,
mengurai rambut hingga kau terlihat anggun
tapi percayalah kau tetap cantik tanpa semua itu
Kita hampir sama dalam menilai kesempurnaan fisik. Wanita menyukai seorang pria dengan badan proporsional, tidak gemuk juga tidak kurus, dada tegap berisi, kulit putih, rambut hitam dan rapi, berjalan seperti sepantasnya
seorang pria, berkata seperti sepantasnya seorang pria, berfikir seperti sepantasnya seorang pria, makan seperti sepantasnya seorang pria. Begitupun pria menyukai perempuan dengan postur tubuh proporsional, kulit putih, bersih, dengan gaya bicara seperti bicaranya seorang perempuan, berjalan seperti berjalannya perempuan, makan seperti makannya perempuan, tertidur seperti tidurnya perempuan.
Saat “kesempurnaan” relatif itu di jadikan refresentasi dalam menilai, maka pada saat yang bersamaan kita telah terjebak pada “kebuntuan” subjektifitas. Bahwa sebagai perempuan kita mengakui tidak memiliki kelebihan seideal dengan kriteria ideal seperti yang diinginkan umumnya pria, sering menyimpulkan pria sebagai makhluk yang egois. Dan bahwa kita sebagai laki-laki mengakui tidak memiliki kelebihan seideal dengan kriteria seperti yang diinginkan wanita umumnya sering menyimpulkan wanita sebagai makhluk “ekslusif”, tertutup, dan sulit menerima keadaan tidak sama dengan kriteria ideal yang diinginkan.
Karawang, 08 Oktober 2009
Ikmal Maulana
memoles wajah dengan bedak,
menghias bibir dengan lipstick,
membalut badan dengan busana seksi,
mengurai rambut hingga kau terlihat anggun
tapi percayalah kau tetap cantik tanpa semua itu
Kita hampir sama dalam menilai kesempurnaan fisik. Wanita menyukai seorang pria dengan badan proporsional, tidak gemuk juga tidak kurus, dada tegap berisi, kulit putih, rambut hitam dan rapi, berjalan seperti sepantasnya
seorang pria, berkata seperti sepantasnya seorang pria, berfikir seperti sepantasnya seorang pria, makan seperti sepantasnya seorang pria. Begitupun pria menyukai perempuan dengan postur tubuh proporsional, kulit putih, bersih, dengan gaya bicara seperti bicaranya seorang perempuan, berjalan seperti berjalannya perempuan, makan seperti makannya perempuan, tertidur seperti tidurnya perempuan.
Saat “kesempurnaan” relatif itu di jadikan refresentasi dalam menilai, maka pada saat yang bersamaan kita telah terjebak pada “kebuntuan” subjektifitas. Bahwa sebagai perempuan kita mengakui tidak memiliki kelebihan seideal dengan kriteria ideal seperti yang diinginkan umumnya pria, sering menyimpulkan pria sebagai makhluk yang egois. Dan bahwa kita sebagai laki-laki mengakui tidak memiliki kelebihan seideal dengan kriteria seperti yang diinginkan wanita umumnya sering menyimpulkan wanita sebagai makhluk “ekslusif”, tertutup, dan sulit menerima keadaan tidak sama dengan kriteria ideal yang diinginkan.
Karawang, 08 Oktober 2009
Ikmal Maulana
2 komentar:
alhasil cantik itu mahal ongkosnya ya kang
iya... kan perlu biaya.. mending seperlunya saja, yang penting anggun terlihat :)
Posting Komentar